Ilmu tidak hanya didapat dari pembelajaran formal di sekolah. Para siswa perlu melihat secara nyata agar ilmu yang dapat dapat melekat seumur hidup. Sebagai sekolah Adiwiyata yang bebrbasis lingkungan perlu adanya pembelajaran mencintai lingkungan. Belajar mencintai lingkungan sangat efektif jika diberikan langsung melalui pembelajaran luar. Di Kota Batu sendiri terdapat lembaga yang rehabilitasi lutung yang bernama Javana Langur Center dimana satu-satunya pusat rehabilitasi lutung yang ada di Jawa Timur. Para siswa yang mengikuti berbagai ekstrakulikuler diajak selama dua hari untuk belajar di Javana Langur Center. Training Optimalisasi Potensi dangan Tema “Belajar dari Alam untuk Dicintai” ini merupakan gabungan dari berbagai ekstrakulikuler yang dikoordinasi oleh ekstrakulikuler karya ilmiah remaja yang bertujuan agar siswa SMP KARTIKA IV-8 Malang dapat lebih dekat dengan alam dan mencintai lingkungan sekitar. Para siswa pada hari Sabtu pukul 08.00 WIB berkumpul di SMP KARTIKA IV-8 Malang untuk bersama-sama berangkat ke Javanan Langur Center yang berada di Kota Batu
Untuk mendampingi para peserta pihak sekolah menunjuk 3 orang guru sebagai pengawas dan penanggung jawab kegiatan ini yaitu Ibu Elis Sofila R, S.Pd, Bapak Iwan Arisanto, S.Pd dan Bapak Ramadhani S.PdI. Setelah perjalanan sekitar 1,5 jam seluruh peserta sampai di lokasi kegiatan. Semuanya dikumpulkan dan langsung diberi pengarahan oleh Bapak Iwan Setyawan selaku penanggung jawab Javanan Langur Center. Kegiatan pertama yang dilakukan yaitu mempersiapkan tempat untuk tidur berupa tenda. Para peserta bekerjasam untuk mendirikan 3 tiga dengan rincian 1 tenda besar digunakan untuk putra sedangkan 2 tenda lainnya digunakan untuk putri
Selesai mendirikan tenda dan melakukan isoma dimulailah rangkaian kegiatan pengenalan lingkungan alam dengan melakukan game “Kamuflase”. Game ini bertujuan agar para peserta mengenal satwa yang berada di hutan dan bagaimana cara mempertahankan diri dari predator alami mereka. Panitia telah menyiapkan miniatur berbagai hewan yang hidup di hutan. Setiap miniatur di hutan tersebut akan diletakan panitia di tempat-tempat yang sesuai dan para peserta diminta untuk mencarinya di sekitar hutan. Agar tidak berbahaya maka dibuat jalur khusus dan peraturan-peraturan tertentu yang harus ditaati oleh para peserta.
Peserta training terlihat sangat senang dalam menjelajahi hutan yang dihuni beranekaragam pohon. Pohon yang berada di hutan sangat penting bagi kehidupan. Selain menghasilkan oksigen, jika diamati lebih jauh juga sebagai tempat hidup beberapa hewan. Untuk memahami hal tersebut peserta training melakukan kegiatan “Penghuni Pohon”. Setiap peserta diminta menentukan pilihan satu pohon. Setelah menentukan pilihan peserta diwajibkan mengamati kehidupan lainnya yang ada di akar, batang maupun daun. Jika menemukan hewan yang tinggal di pohon tersebut maka peserta harus menuliskan ciri-ciri hewan dan menggambarkan bentuknya.
Hutan-hutan yang ada di Indonesia terancam gundul yang diakibatkan oleh keserakahan manusia. Berbagai dampak ditimbulkan dari kerusakan hutan tersebut. Salah satu dampaknya yaitu hilangnya habitan satwa liar. Perlu penanaman karakter menjaga lingkungan ke anak-anak agar ketika sudah dewasa dapat menjaga kelestarian hutan dan satwa penghuninya. Untuk menanamkan karakter tersebut panitia membuat game “Kehilangan Habitat” . Peserta yang telah dibagi menjadi 3 kelompok berada di puzzle yang digambarkan sebagai wilayah habitan satwa. Pemateri kemudian membacakan narasi yang menceritakan bagaimana hutan tersebut rusak dan setiap krjadian yang menggambarkan perusakan hutan satu persatu puzzle di ambil. Makin lama puzzle tersebut makin sempit dan kelompok yang pertama keluar dari puzzle dinyatakan gugur. Kegiatan tersebut sama seperti satwa yang makin lama makin berkurang habitannya dan jika tidak ada tidak lanjut akan mengalami kepunahan.
Setelah merasakan bagaimana menjadi satwa yang kehilangan habitatnya para peserta melakukan game “Ular Tangga”. Game ini secara keseluruhan seperti game ular tangga pada umumnya tetapi berukuran besar dan peserta menjadi pionnya. Di beberapa kotak yang dilalui terdapat pertanyaan yang harus dijawab oleh pion. Pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan upaya-upaya yang harus dilakukan untuk menjaga kondisi hutan agar habitat satwa tidak rusak. Berbagai rangkain game ini bertujuan agar peserta memiliki pengetahuan lengkap mengenai alam. Dimulai dengan pengenalan satwa dan cara mempertahankan hidup dilanjutkan kan pentingnya pohon bagi hewan yang menempatinya. Rusaknya habitat dan dampaknya bagi satwa dilanjutkan dengan bagaimana upaya-upaya yang dilakukan agar habitat tersebut tidak rusak.
Pada Hari Minggunya terdapat dua agenda sebelum kegiatan selesai. Agenda yang pertama yaitu pemaparan mengenai tata cara rehabilitasi lutung. Rehabilitasi lutung dibagi menjadi beberapa tahap sebelum dilepaskan ke alam liar. Pak Iwan Setiawan sendiri yang menerangkan kepada peserta. Dimulai dari tahap karatina, pengenalan makan daun kepada lutung, sosialisasi antar lutung dan beberapa persiapan seperti pengecekan kesehatan lutung. Tidak hanya sampai disitu saja setiap lutung yang telah dilepaskan tetap dimonitoring oleh tim Javana Langur Center secara berkala. Tidak hanya materi saja pada Minggu pagi tersebut tetapi peserta diberi kesempatan langsung untuk melihat lutung yang telah direhabilitasi bahkan terdapat beberapa lutung yang siap dilepas ke alam sekitar bulan depan
Agenda yang terakhir dilakukan adalah ikut melestraikan alam yang berada di sekitar Javana Langur Center. Pihak sekolah memberikan beberapa pohon produktif untuk ditanam di sekitar lokasi rahabilitasi lutung seperti keluwek dan pala. Tidak hanya itu sekolah juga memeberikan beberapa vitamin yang diterima langsung oleh penanggung jawab Javana Langur Center. Pohon-pohon yang telah disumbangkan ditanam sendiri oleh para peserta. Mereka sangat atusias dalam menanam pohon karena sangat tahu manfaat pohon tersebut bagi makluk hidup lain. Sebanyak 8 pohon telah ditanam oleh peserta. Pihak Javana Langur Center juga memberi oleh-oleh kepada sekolah berupa pohon cengkeh yang diharapkan dapat menambah suasana rindang di lingkungan sekolah.
Selain agenda-agenda yang berhubungan tengan lingkungan hidup. Kegiatan ini juga disisipi dengan pendidikan karakter. Para siswa diwajibkan mengikuti sholat lima waktu secara berjamaah di depan tenda. Kegiatan makan bersama yang akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan toleransi. Pada pagi hari para peserta juga melakukan kerja bakti dengan menyapu dan mengumpulkan sampah-sampah di sekitar area agar lingkungan sekitar tetap bersih serta menanamkan ke peserta untuk selalu mejaga kebersihan dimanapun berada. Peserta juga saling berbagai makanan yang telah dibawa di rumah seperti mie instan yang secara mandiri dimaskan bersama-sama di dapur yang disediakan dan membersihkan setelah makan. Hal ini dapat melatih peserta untuk mandiri.